"Kakak, ayo kita
berangkat ke sekolah.", ucap Sam
"Tunggu sebentar,
Sam.", balas Dean
Dean
dan Sam adalah kakak beradik. Mereka hanya hidup berdua karena ibu mereka sudah
meninggak 5 tahun yang lalu, sedangkan ayah mereka pergi saat Sam dilahirkan.
Sekarang, Dean sudah berumur 18 tahun, sedangkan Sam berumur 10 tahun. Jarak
umur yang cukup jauh tidak membuat mereka jauh atau membuat hubungan mereka
menjadi renggang, sebaliknya mereka sangat dekat satu sama lainnya.
"Kakak, ayo kita
berangkat ke sekolah.", ucap Sam
"Tunggu sebentar,
Sam.", balas Dean
Dean
dan Sam adalah kakak beradik. Mereka hanya hidup berdua karena ibu mereka sudah
meninggak 5 tahun yang lalu, sedangkan ayah mereka pergi saat Sam dilahirkan.
Sekarang, Dean sudah berumur 18 tahun, sedangkan Sam berumur 10 tahun. Jarak
umur yang cukup jauh tidak membuat mereka jauh atau membuat hubungan mereka
menjadi renggang, sebaliknya mereka sangat dekat satu sama lainnya.
Di
sekolah, Sam diberi tugas untuk membuat artikel tentang
"tolong-menolong". Sesaat, Sam bingung akan tugas tersebut. Ia
bertanya pada Dean, namun Dean juga tidak mengetahuinya.
Suatu saat, Sam melihat teman sekelasnya diganggu oleh anak-anak dari kelas
lain. Saat itu, ia berpikir akan menolongnya, namun ia tidak mempunyai
keberanian untuk melakukan hal itu.
"Yang dibutuhkan
seseorang untuk menolong orang lain hanyalah keberanian.", ujar Sam. Namun
Sam masih ragu akan pemikirannya itu. Saat pulang sekolah, Sam melihat seorang
pemuda dalam keadaan mabuk duduk di pinggir jalan.
"Permisi, apa Anda
baik-baik saja?", tanya Sam
"Minggir kamu! Dasar
penganggu!", bentak pemuda itu
"Maaf, saya hanya ingin
membantu Anda.", jawab Sam
"Tunggu, apa kamu yakin
dapat menolong saya?", jawab pemuda itu (sambil berusaha berdiri)
"Saya akan mencobanya.
Apa yang Anda perlukan?", jawab Sam
"Saya ingin bekerja,
saya bosan hidup seperti ini. Bisakah kamu carikan saya pekerjaan?", pinta
sang pemuda
"Baiklah, akan saya
usahakan. Hari Rabu, temui saya di lapangan dekat sungai pukul 06.00.",
ujar Sam
Sam pun
meninggalkan pemuda itu dan segera pulang ke rumah. Ia meminta bantuan Dean
untuk mencarikan pemuda itu pekerjaan. Hari Selasa ...
"Bagaimana? Apa kamu
dapat mencarikan pekerjaan untukku?", mulai sang pemuda
"Tentu saja. Namun,
pekerjaan yang dapat saya tawarkan hanya sebagai Loper Koran di seberang sungai
ini. Anda bisa langsung datang ke sana dan mulai bekerja hari ini juga. Apa kau
mau?", balas Sam
"Tentu saja. Terima
kasih banyak atas bantuanmu ini. Apa yang dapat saya lakukan untukmu?",
jawab pemuda itu
"Saya tidak meminta
banyak. Saya hanya meminta satu hal padamu, jika ada seseorang yang meminta
bantuanmu, bantulah dia. Juga sampaikan kepadanya untuk membantu orang lain
yang membutuhkan bantuannya dan begitu seterusnya.", ujar Sam
Tanpa mendengar jawaban pemuda itu, Sam pergi meninggalkannya. Sesampainya di
rumah, Sam mendapat ide untuk tugas membuat artikelnya itu. Ya, bermula dari
menolong seseorang yang membutuhkan bantuannya, Sam berniat memberi judul
artikelnya "Membayar Dimuka". Selanjutnya, hari-hari Sam dipenuhi
dengan menolong orang. Tnpa disadarinya, metode "Membayar Dimuka"
yang dibuatnya, sudah meluas.
Saat
itu pukul 21.00, Sam pulang berjalan kaki karena sepeda yang biasa ia gunakan
untuk sekolah sedang rusak dan Dean sedang kerja lembur jadi tidak bisa
menjemputnya. Di tengah jalan, Sam melihat temannya diganggu. Ya, teman yang
sama bebrapa waktu yang lalu. Tanpa berpikir lagi, Sam membantu temannya itu.
Tanpa disangka, seorang anak mengeluarkan pisau dan menusuk Sam. Sam pun
langsung terjatuh di tengah jalan. Teman Sam dengan cepat menelepon rumah sakit
untuk mengirimkan ambulans. Sesampainya di rumah sakit, pihak rumah sakit
menelepon Dean. Mendengar hal tersebut, Dean sontak meninggalkan pekerjaanya
dan segera menuju rumah sakit. Sampai di rumah sakit, ada dokter yang sudah
menunggu Dean ...
"Apa kamu pihak keluarga
Sam?", tanya dokter itu
"Ya, saya kakaknya.
Bagaimana keadaannya, Dok?", tanya Dean
"Maaf, saya sudah
berusaha, namun Tuhan berkehendak lain.", jawab dokter (lalu meninggalkan
Dean)
Dean
merasa sangat kehilangan, tanpa disadari air matanya membasahi pipinya.
"Kakak, maaf gara-gara
menolong saya, Sam jadi ...", kata seorang anak
"Ini bukan salahmu, Dik.
Sekarang sudah larut, pulanglah.", jawab Dean
Sam
dimakamkan esok harinya. Tanpa disangka, kabar kematian Sam sudah menyebar.
Banyak sekali orang yang datang ke pemakaman Sam. Mereka datang karena terkesan
terhadap metode "Membayar Dimuka" yang dibuat Sam.
"Sam, kau lihat? Banyak
orang yang menangisi dan mengantarkanmu ke tempat peristirahatan terakhirmu.
Banyak orang yang menyayangimu Sam, termasuk kakak. Jadi, kakak mohon tenanglah
disana. Kakak akan berusaha sepertimu disisa hidup kakak. Kakak menyayangimu
Sam.", batin Dean
Walaupun Dean sekarang hidup sendirian, namun ia tidak merasa kesepian. Dean
merasa bahwa Sam selalu menemaninya.













0 komentar:
Posting Komentar